Oleh :
A. Soehaimi *, Y. Fikri**, A. Djuhanda*, I.Effendi*,
I. Haryanto**, Ismawan**,
(* Puslitbang Geologi Bandung, ** Jurusan Geologi Unpad)
SARI
Geologi daerah Bukittinggi dan sekitarnya dapat dibagi atas 4 Kelompok Batuan, yaitu: Kelompok
Batuan Pra-Tersier (batuan sedimen karbonatan yang termetamorfkan, batuan terobosan asam dan
batuan ultrabasa), Kelompok Batuan Tersier (batuan terobosan granit), Kelompok Batuan Kuarter
(batuan gunungapi), dan Kelompok Batuan Holosen (endapan aluvium dan endapan kipas kolovium).
Kajian struktur geologi di daerah ini terdapat tujuh (7) Patahan yaitu: Patahan Mendatar Menganan
Sumatera, Patahan Oblique Padang Laweh, Patahan Mendatar Menganan Gaduik, Patahan Naik
Matur, Patahan Naik Padang Panjang, Patahan Normal Simabur, Patahan Normal Tanjung Sawah.
Hasil perhitungan rata-rata pergeseran sungai dan batuan di sepanjang lajur Patahan Mendatar
Menganan Sumatera sebagai patahan utama di daerah ini yang disebandingkan dengan umur batuan
gunungapi muda Marapi dan Singgalang (± 10.000 tahun yang lalu) maka berdasarkan kriteria
patahan aktif (Matsuda 1973) bahwa patahan ini termasuk sebagai patahan aktif kelas A (1<S<10
M/103 tahun). Intensitas maksimum gempabumi terhitung berdasarkan metoda Watabe (1973) yang
dapat terjadi di Bukittinggi dan Padang Panjang berkisar antara skala VII-VIII MMI (7,43-7,46 MMI).
Sedangkan berdasarkan parameter gempabumi Padang Panjang (1926) dan Batipuh (2004), yang
dihitung menurut metoda Murphy-O'Brien dan metoda Kanai percepatan tanah maksimum (PGA, peak
ground acceleration) Kota Bukittinggi dan sekitarnya berturut-turut adalah 394.44 gal dan 112.9 gal,
sedangkan Kota Padang Panjang berturut-turut : 486,3 gal dan 177,87 gal. Berdasarkan kondisi
geologi, kegempaan dan infrastruktur yang ada, dapat dibagi menjadi 6 zona kerentanan bencana dan
resiko gempabumi, yaitu: Zona Bencana dan Resiko Tinggi (I A), Zona Bencana dan Resiko Tinggi (I
B), Zona Bencana dan Resiko Sedang (II A), Zona Bencana dan Resiko Sedang (II B), Zona Bencana
dan Resiko Rendah (III A), dan Zona Bencana dan Resiko Rendah (III B). Hasil kajian patahan aktif
Sumatera segmen Sianok dan zonasi kerentanan bencana/resiko gempabumi ini diharapkan dapat
digunakan sebagai data awal perencanaan mitigasi bencana/resiko gempabumi daerah Bukittinggi
dan sekitarnya.
ABSTRACT
The geology of Bukittinggi and surrounding area can be divided into 4 rock groups: the Pra-Tertiary
(metamorphic carboniferous sediment rock, ultra mafic rock), The tertiary (granite intrusion), The
Quartenary (volcanic rock), The Holocene groups (alluvium and collovium deposits). The structural
geology (studied) in this region consist of 7 faults, there are: The Sumatra Right Lateral Strike Slip
Fault, The Padang Laweh Oblique Fault, The Gaduik Right Lateral Strike Slip Fault, The Matur Thrust
Fault, The Padang Panjang Thrust Fault, The Simabur Normal Fault, The Tanjung Sawah Normal
Fault. The displacement rate of river and layer of rocks along the Sumatera Fault during ± 10.000
years (Marapi and Singgalang volcanic rocks age), The Sumatera fault can be classified into the A
Class active fault base on the Matsuda's active faults criteria (1973). The maximum intensity base on
Watabe's method (1973) at Bukittinggi and Padang Panjang are VII-VIII MMI (7.43-7.46 MMI).
selamat siang, bisa minta papaer ttg judul ini yang lebih lengkap.